Senin, 6 Mei 2024

Breaking News

  • Kejaksaan Agung Memeriksa 4 Orang Saksi Terkait Perkara Emas Surabaya   ●   
  • Kejaksaan Agung Memeriksa 6 Orang Saksi Terkait Perkara Komoditas Timah   ●   
  • Kejaksaan Agung Memeriksa 2 Orang Saksi Terkait Perkara Komoditi Emas   ●   
  • Polda Sumbar Berhasil Tangkap Pelaku Penambang Emas Ilegal   ●   
  • Persatuan Jaksa Indonesia Menggandeng UMKM Adakan Pasar PERSAJA Peringati HUT ke-73   ●   
7 Kebiasaan yang Harus Dihilangkan demi Raih Kesuksesan
Minggu 24 September 2023, 11:16 WIB
Ilustrasi gambar.jog

Jetsiber.com - lifestyle - Sukses. Ketika kita baru saja membaca kata tersebut, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada uang, ketenaran, kemewahan, dan pencapaian. Itulah memang yang dipikirkan masyarakat secara umum tentang kesuksesan. Namun ternyata, kesuksesan yang sebenarnya jauh lebih sederhana dari itu.


Seorang pekerja "kantoran biasa" yang bahagia yang mencintai pekerjaan dan keluarganya jauh lebih sukses daripada seorang jutawan yang merasa hampa di dalam dirinya. Ketika kamu sukses, itu berarti kamu telah selaras dengan tujuan hidup - atau orang Jepang menyebutnya "ikigai". Ikigai-mu adalah alasan kamu untuk hidup.

Begitu kamu menemukannya, lalu mengarahkan seluruh fokus ke arahnya, kamu akan menjadi orang yang paling sukses yang pernah ada.

Namun, hal pertama yang harus kamu lakukan untuk mencapai tujuan itu adalah, menyingkirkan kebiasaan yang menghambatmu. Berikut ini adalah tujuh kebiasaan yang harus dihilangkan untuk mencapai kesuksesan.

1. Melamun pasif "Saya dulu sering melamun dan berkhayal di sepanjang waktu," kata Denisa Cerna, penulis yang memiliki ketertarikan pada pengembangan diri, kesehatan mental, dan semua hal yang berhubungan dengan psikologi.  "Melihat ke belakang, sekarang saya menyadari bahwa meskipun melamun pada tingkat tertentu itu sehat - hal ini memotivasi kita untuk terus maju meskipun mengalami kesulitan - melamun secara pasif bisa menguras kebahagiaan. "Jadi, apa yang saya maksud dengan melamun pasif?" sebut dia. Itu adalah ketika pikiran kita terjebak di masa depan yang sempurna, sementara tubuh kita tetap berada di masa sekarang yang menyedihkan. Itu seperti kita berharap sedang bersantai di sebuah pantai di Bali, yang benar-benar membutakan kita terhadap keindahan di kampung halaman kita sendiri, di sini.  "Saat itulah kita bermimpi dan bermimpi dan bermimpi lagi, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan," tegas dia. Untuk keluar dari kebiasaan ini, berhentilah menganggap impianmu sebagai mimpi. Ubahlah mimpi-mimpi itu menjadi tujuan yang bisa dicapai.

Apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk bergerak lebih dekat ke tujuan itu?" "Ya, pergilah ke sana dan lakukanlah," cetus dia.

2. Tenggelam dalam kelambanan "Bla, bla, bla. Sangat mudah untuk mengatakan bahwa saya harus melakukan sesuatu. Jauh lebih sulit untuk mewujudkan ide tersebut menjadi kenyataan." "Percayalah, saya tahu. Saya juga tidak kebal terhadap rasa malas. Beberapa hari, saya bangun dan merasa seperti sampah."

"Saya tidak ingin menulis. Saya tidak ingin pergi ke gym. Saya hanya ingin berbaring di tempat tidur dan menonton Netflix," kata cerna.

"Terkadang, hal itulah yang saya lakukan. Saya memperkuat lingkaran kepasifan dengan melakukan hal-hal yang lebih pasif lagi, dan tahukah kamu? Di penghujung hari, saya merasa lebih buruk lagi," sebut dia.

3. Terlalu sering beristirahat "Saya sangat percaya bahwa istirahat itu sangat produktif. Penelitian pun menegaskan hal ini," ungkap Cerna. "Namun, saya juga tahu bahwa ada perbedaan antara bersikap baik pada diri sendiri dan tidak memaksakan diri cukup keras," sambung dia. Ingatlah, timbangan dapat bergerak ke arah yang salah dengan sangat cepat. Istirahat itu penting, ya. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita menggunakannya dan berapa lama. Media sosial tidak akan mengisi ulang energimu. Jalan-jalan dengan penuh kesadaran akan menyegarkan fisik dan batinmu. Jdi, gunakan waktu istirahat dengan bijaksana. Terkadang, "berbaik hati pada diri sendiri" hanya berarti kamu menyerah pada kemalasan dan merusak hidupmu lebih dalam.

4. Memanjakan "dopamin" yang mudah "Saya senang hidup di abad ke-21. Dalam banyak hal, hidup tidak pernah semudah ini," ungkap Cerna. Namun, kita memiliki tantangan yang sangat khusus untuk dihadapi - tantangan yang tidak diprogram secara tepat oleh otak kita. Manusia menyukai dopamin. Neurotransmitter inilah yang membuat kita tetap termotivasi, bahagia, dan siap menghadapi hari. Sayangnya, kita juga sangat mudah terpancing dan membiarkan kebiasaan buruk kita menghambat kita untuk menjalani kehidupan yang sukses.

Lingkungan sekitar menjadi penting. Jika ponsel berada di samping komputer saat bekerja, kita akan memeriksanya setiap 10 menit dan tanpa disadari hal itulah yang merusak momentummu. Jika televisimu berada di tengah-tengah ruang tamu dan remote control berada di atas sofa, kamu akan lebih sering menonton acara televisi daripada membaca buku.

"Saat bekerja, ponsel saya tersimpan di dalam laci. Sedangkan untuk televisi, saya bahkan tidak memilikinya," ungkap dia. Gangguan adalah musuh kesuksesan. Singkirkan gangguan dan lihatlah betapa fokus kita menjadi lebih baik.

5. Hidup untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri Hal lain yang menghambat kita untuk menjalani kehidupan yang sukses adalah kebiasaan terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain. Kita lantas berusaha keras untuk membuat mereka terkesan, hari demi hari.

Hal ini menjauhkan kita dari hidup secara otentik dan terlibat dalam kegiatan yang semata-mata untuk kesenangan kita sendiri. Dengar, orang-orang mungkin membuatnya terlihat seperti menjalani kehidupan yang gemilang di dunia maya, tetapi kenyataannya adalah kehidupan setiap orang itu biasa saja. Ya, memang beberapa orang memilikinya lebih baik daripada yang lain.
Namun pada akhirnya, kita semua berada di atas "treadmill hedonis", yang pada dasarnya berarti bahwa kebahagiaan kita cenderung kembali ke tingkat stabil yang sama terlepas dari keadaan eksternal kita. Setiap orang berjuang dan kemudian tidak berjuang dan kemudian berjuang lagi. Setiap orang memiliki sesuatu yang mengkhawatirkan dalam pikiran mereka.

Menjalani hidup dengan cara yang menunjukkan kepada dunia bahwa kita bukan orang seperti itu adalah sia-sia. Apa yang orang lain pikirkan tentang kita tidak akan berdampak pada kesejahteraan subjektif kita dalam jangka panjang. Apa yang ingin kita lakukan? Mungkin tidak layak untuk diunggah di Instagram, tapi itu akan memenuhi kita pada tingkat yang lebih dalam.

6. Menyantap makanan tak bergizi "Makanlah dengan baik" adalah nasihat yang umum, bukan?" kata Cerna. Itu karena apa yang kita masukkan ke dalam tubuh sangatlah penting. Dan kita tidak hanya berbicara tentang kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan, usus kita memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap suasana hati. Jika kita makan sampah, kita akan merasa seperti sampah, yang akan semakin memperkuat lingkaran ketidakaktifan, yang akan menghambat kita untuk hidup dengan sukses.

Semuanya saling berkaitan, bukan? Penuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral. Makanlah makanan yang enak dan bergizi. Kalori yang kosong akan membuat kita merasa kosong pula.

 7. Terlalu cepat menyerah "Saya berani bertaruh bahwa satu kebiasaan utama yang membuat kita terjebak adalah kebiasaan buruk untuk tidak mengikuti kebiasaan baik." "Mari saya jelaskan. Dalam buku Atomic Habits, James Clear mengatakan, saat kita berhenti melakukan kebiasaan baru adalah saat kita membangun kebiasaan yang berbeda." "Misalnya, saat kita memutuskan untuk bangun jam 6 pagi setiap hari tapi gagal di hari ke-4 dan kemudian gagal lagi di hari ke-5 dan ke-6," sebut dia.

Lantas, itu adalah kebiasaan membunuh kebiasaan sebelumnya. Karena pada dasarnya, segala sesuatu adalah kebiasaan. Memilih untuk tidak melakukan sesuatu dari hari ke hari adalah sebuah kebiasaan. Seperti yang juga dikatakan Aristoteles, "Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali." Jadi, jika kita merasa ingin menyerah pada kebiasaan baru setelah empat hari, tanyakan pada diri sendiri: apakah kita bersikap baik pada diri sendiri?

Atau apakah kita tidak mendorong diri sendiri dengan cukup keras? Terkadang, hal yang baik untuk dilakukan adalah memberi diri sendiri "sepakan di bokong" dan lalu melakukannya.




Editor : lelimaslina
Kategori : Lifestyle
Untuk saran dan pemberian informasi kepada Redaksi JETSIBER.COM,
silakan kontak ke email: redaksi.jetsiber@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


Scroll to top