Sabtu, 18 Mei 2024

Breaking News

  • Pemeriksaan Ketua BRA Perkara Tipikor Penyimpangan Pengadaan Budidaya Ikan Kakap dan Pakan Rucah   ●   
  • Kejaksaan Agung Memeriksa 4 Orang Saksi Terkait Perkara Komoditas Timah   ●   
  • Kejari Dumai Menetapkan 2 Orang Pria Sebagai Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth   ●   
  • Usai Viral, Polisi Akan Periksa Ulang Terpidana Pembunuhan di Jawa Barat   ●   
  • Kemenparekraf Fokus Wujudkan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan   ●   
2 Demonstran Antikudeta di Mandalay Tewas, PBB Kutuk Militer Myanmar
Minggu 21 Februari 2021, 12:06 WIB

Jenewa - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mengutuk militer Myanmar atas kematian dua pengunjuk rasa anti-kudeta di negara tersebut. Dua demonstran itu tewas akibat luka tembak yang dilepaskan pasukan keamanan.

Dilansir AFP, Minggu (21/2/2021), pihak militer Myanmar secara bertahap meningkatkan taktik melawan aksi pembangkangan sipil yang dilakukan secara masif dan damai lebih dari dua minggu lamanya.

Pada Sabtu (20/2) kemarin, pasukan keamanan bahkan menembaki pengunjuk rasa di Mandalay yang mengakibatkan dua orang tewas.

Aksi kekerasan itu menandai hari paling mematikan di Myanmar sejak kudeta terjadi. Massa pun membubarkan diri karena ketakutan saat aksi damai berubah ricuh.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk penggunaan "kekerasan mematikan" dalam aksi itu. Menurut para pekerja darurat, aksi itu telah menewaskan seorang remaja dan melukai puluhan lainnya.

"Penggunaan kekuatan mematikan, intimidasi dan pelecehan terhadap demonstran damai tidak dapat diterima," tulis Guterres pada hari Minggu (21/2).

Konfrontasi dalam aksi damai itu, dimulai ketika pasukan keamanan di Mandalay berusaha untuk menyerang sebuah galangan kapal dan menahan staf pelabuhan yang mogok kerja.

Petugas penyelamat medis mengatakan pasukan menggunakan peluru tajam, peluru karet dan gas air mata ke arah kerumunan yang mulai melemparkan batu untuk menghentikan penangkapan.

"Dua orang tewas," kata kepala tim penyelamat darurat relawan, Hlaing Min Oo, yang berbasis di Mandalay.

Sebuah video yang beredar di Facebook memperlihatkan kondisi seorang korban. Remaja itu terlihat berbaring di tanah dan mengeluarkan darah dari kepalanya saat seorang membantu mengecek detak jantungnya.

Hlaing Min Oo mengatakan 30 lainnya terluka, dengan setengahnya terluka akibat tembakan langsung.

Media lokal melaporkan lebih dari selusin orang ditangkap setelah bentrokan itu. "Mereka memukuli dan menembak suami saya dan lainnya," kata seorang warga kepada AFP.

"Dia berdiri di samping dan menyaksikan protes itu tetapi tentara membawanya pergi," sambungnya.

Sebelumnya, seorang pengunjuk rasa antikudeta juga meninggal pada Jumat (19/2). Gadis bernama Mya Thwate Thwate Khaing itu ditembak di kepala dalam demonstrasi 9 Februari lalu di Naypyidaw.

Meski menghadapi kecaman internasional, militer masih diam seribu bahasa. Menteri Luar Negeri Uni Eropa pun akan bertemu pada Senin besok (22/2) untuk membahas sikap terhadap rezim Myanmar.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mendesak pasukan keamanan untuk "segera menghentikan kekerasan terhadap warga sipil" setelah kekerasan di Mandalay.(dtc)




Editor :
Kategori : Internasional
Untuk saran dan pemberian informasi kepada Redaksi JETSIBER.COM,
silakan kontak ke email: redaksi.jetsiber@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 



Scroll to top