Jumat, 29 Maret 2024

Breaking News

  • Penuh Haru Warnai Pisah Sambut Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Riau   ●   
  • Kajati Riau Terima Kunjungan Kerja Sekaligus Silaturahmi Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Riau   ●   
  • Penitipan Aset Hasil Sita Eksekusi Milik Terpidana Heru Hidayat, Tanah Seluas 19.996 M2 di Belitung   ●   
  • Polda Riau Gelar Rapat Lintas Sektoral Operasi Ketupat Lancang Kuning 2024   ●   
  • Bupati Bengkalis di Wakili Asisten Andris Tutup Pelaksanaan TC MTQ Tingkat Provinsi 2024   ●   
PSSI Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang
Selasa 04 Oktober 2022, 07:44 WIB

Jakarta, Jetsiber.com - Tragedi yang terjadi  di Stadion Kanjuruhan Malang sangat disesali banyak pihak. Peristiwa itu bisa terjadi karena kurang pekanya PSSI melihat kemungkinan kemungkinan efek dilapangan yang mungkin saja bisa terjadi.


Sekjen PSSI, Yunus Nusi tidak memprediksi tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sebab, suporter Persebaya tidak diizinkan datang ke pertandingan sepak bola melawan Arema FC malam itu.

"Dan tentu suporter tim tamu tidak datang ke home, ke Malang, ke Arema. Kita prediksi secara positive thinking, tentu tidak akan terjadi apa-apa, karena tidak ada rivalitas suporter," ucap Yunus saat jumpa pers di Senayan, Jakarta, Minggu (2/10/2022).

Menurut Dr.Yono Reksoprodjo,ST. DIC (Pengamat Kebijakan Publik dan Dosen Perang Asimeytrik UNHAN), mengatakan pertandingan Persebaya dan Arema FC di stadion Kanjuruhan Malang ini yang menyetujui pelaksanaan adalah PSSI.

“Saat menyetujui seharusnya juga siap dengan tanggung jawab karena pada setiap kepanitiaan seperti itu pasti ada penanggung jawab atas nama pribadi, jabatan juga organisasi,” ujar Yono di Jakarta, (2/10/2002)

Pendapat Yono Reksoprodjo, agar masuk akal dan tidak mendulang cela publik, PSSI yang ada dibawah FIFA  sudah seharusnya  patuh pada aturan FIFA saat menyelenggarakan pertandingan, bila tidak bisa maka sebaiknya jangan membuat  pertandingan yang akhirnya berdampak cukup fatal.

Yono menyesalkan tragedi memilukan itu terjadi disaat pandemi akan berakhir dan aktivitas masyarakat mulai bergerak naik. Aparat keamanan harusnya bisa melihat siapa penonton sepak bola. ada anak-anak  dan perempuan serta suporter baik kok diperlakukan seperti semua itu perusuh?

“Bila  pihak keamanan juga tidak bisa handle situasi, sebaiknya jangan berani-berani handle lebih baik mundur. Apalagi bila tidak memahami aturan FIFA ya jangan nekad dan akhirnya saat kericuhan muncul tak dapat terkendali dengan baik,” ujar Yono

PSSI harus bertanggung jawab penuh atas insiden yang terjadi dan sangat memilukan rakyat Indonesia. Tragedi yang luar biasa didunia persepak bolaan Indonesia dan mungkin dunia ini, bisa memungkinkan FIFA menjatuhkan sangsi  ke PSSI.

“Perlu dilakukan investigasi secara independen dan tuntas dan bila berurusan dengan FIFA yang mungkin akan kasih sangsi maka bisa dipertimbangkan fairness nya,” ujar Yono yang berharap tak akan lagi ada kejadian serupa dimasa yang akan datang.

Indonesia akan jadi tuan rumah kejuaraan dunia  sepak bola U 20, melihat berbagai masalah ditubuh PSSI termasuk tragedi Kanjuruhan Malang , apa sudah pantas dan siap Indonenesia menggelar perhelatan tingkat internasional ?

Walau begitu Yono Reksoprodjo pun menyadari masalah suporter di  Indonesia memang terkenal pelik, tidak hanya pertandingan dalam negeri antar kesebelasan lokal atau daerah, pertandingan antar negara di asia tenggara pun suporter Indonesia sering membuat ulah.

Berharap pendukung bisa lebih santun sebagai suporter agar tidak kemudian memicu tindakan aparat yang diluar kendali serta membiasakan diri untuk  bisa menerima kekalahan bukan masalah mudah.

“ Apalagi insiden Kanjuruhan kemarin itu team yang mereka dukung sebetulnya sudah bermain baik tapi ya bola memang bundar jadi ya musti bisa terima hasil akhir setelah upaya maksimal itu yg tidak sesuai harapan. Para pendukung semua kesebelasan yang ada harus bisa fahami bahwa team yang kalah itu bukan team yg payah tapi team harus terus introspeksi diri dan melakukan continues improvement agar selalu ada dilini atas,” Imbuh Yono 

Suporter jangan terus terlena hasil maksimal yang pernah dicapai karena setelah kemenangan-kemenangan yang diraih, bisa juga kesebelasan favoritnya akan juga mendapatkan kekalahan. Besarnya basis suporter di Indonesia menjadi hal yang dilematis karena selain mendatangkan efek positif juga dapat menimbulkan efek negatif antara lain adanya perkelahian antar suporter sepakbola, perusakan fasilitas umum, hingga tawuran. Beberapa dampak dari tawuran atau perkelahian supporter adalah adanya korban lukaluka, adanya perusakan fasilitas umum, fasilitas stadion, rumah-rumah penduduk, hingga memakan korban meninggal dunia.

Hal yang sama pun dikemukakan seorang pecinta sepak bola dan wartawan senior Beng Aryanto, PSSI wajib mempertanggung jawabkan tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang.

"PSSI harus bertanggung jawab karena PSSI terlihat tidak menggunakan manajemen resiko serta abai memperhatikan berbagai resiko yang akan terjadi," ucap Beng Aryanto, lewat percakapan telpon seluler (2/10/2022),  menyikapi peristiwa kerusuhan dalam sepakbola Indonesia yang  memakan  korban tewas sebanyak 127 orang (suporter) dan hampir 180 orang terluka.

 PSSI adalah organisasi tertinggi di bidang sepak bola dimana penerapan aturan yang dilakukan juga mengadopsi dan mengikuti aturan  dari FIFA . Di Indonesia, PSSI mempunyai hak prerogratif menentukan terkait aturan  pertandingan, wasit, even, dan bahkan berbagai SOP termasuk proses pengamanan dalam berbagai laga pertandingan sepak bola di Indonesia.

Menurut Beng Aryanto, sebelum pertandingan Persebaya dan Arema Malang akan diadakan lewat panitia penyelenggara, pastinya panitia menghadap pengurus PSSI untuk memberi pelaporan dan meminta masukan serta ijin akan adanya pertandingan di stadion Kanjuruhan Malang.

Berita berita terdahulu tentang para suporter harusnya menjadi catatan penting bagi PSSI agar penyelenggara mendapat masukan yang baik untuk dapat me maping dan  memitigasi kedalam rincian manajemen resiko bila ada dua klub sepak bola memiliki suporter fanatik akan digelar. Menurut Beng, tujuan memiliki kebijakan manajemen resiko agar dapat meminimalisir dan kemungkinan yang akan terjadi tatkala pertandingan akan dilangsungkan.

Jarak Surabaya dan Malang itu tidak terlalu jauh sehingga bisa memungkinkan mobilisasi suporter begitu besar ke sana (Malang). Dan Bila perlu PSSI yang memiliki hak penentu terhadap penyelenggara bisa memberikan usulan kedua kesebelasan tersebut tidak bermain dikandangnya, atau bila perlu membatasi penonton seperti saat pandemi di stadion yang memadai keamanan dan berbagai fasilitas lainnya terutama masalah akses bagi penonton.

"Saya bisa bilang bahwa PSSI alfa dalam hal kebijakan manjemen resiko dan tidak melihat itu menjadi ancaman sebuah masalah dalam pertandingan yang akan diadakan,"  ujar Beng.

Menurut Beng, terkait pihak keamanan yang menggunakan gas airmata yang membuat para penonton panik aturan itu tentu  sudah FIFA  jelaskan ke PSSI dan pada organisasi  sepak bola dunia artinya disini PSSI sudah sangat tahu. Harusnya dalam pelaksanan itu PSSI punya otoritas memberikan masukan bahkan larangan kepada pihak pengamanan yang lebih jelas supaya tidak terjadi penembakan gas air mata didalam stadion.

Nah, inikan harus jelas dulu apakah dari PSSI mengintruksikan itu kepada pihak pengamanan atau belum tapi diluar itu memang terlihat tindakan pengamanan yang dilakukan polisi disesalkan terlihat  terlalu berlebihan sehingga menimbulkan banyak korban.

Bila masyarakat banyak menyalahkan aparat keamanan sebaiknya dianalisa dulu,dan negara wajib hadir menyelesaikan masalah ini dengan membentuk team independen mengusut kasus tragedi ini secara tuntas. Polisi sudahkah mendapatkan instruksi terkait intruksi dari FIFA, karena yang mengukuhkan SOP bagi penyelenggara tentu masukan dan aturan dari  PSSI juga.

“Apapun kegiatan yang dilakukan penyelenggara adalah kealfaan dari PSSI yang tetap harus diper tanggung jawabkan atas terjadinya insiden tersebut. Negara harus hadir  memberikan evaluasi kepada kemenpora juga PSSI khususnya karena bagaimanapun ini membawa citra buruk sepanjang sejarah persepakbolaan Indonesia dimata dunia," imbuh Beng

Hampir semua daerah di Indonesia pada umumnya memiliki klub sepak bola dimana mereka pun memiliki suporter yang cukup fanatik terlebih Persebaya yang memiliki suporter begitu fanatik dengan julukan Bonek (Bocah Nekat) dan Arema Malang dengan julukan Aremania atau Singo Edan.

Sudah menjadi rahasia umum dua tim ini terlibat dalam rivalitas sengit sejak lama. Pertemuan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya selalu melahirkan persaingan sengit di lapangan. Tak jarang, suporter turut meramaikan rivalitas tim kebanggaan mereka.

Banyak yang berpendapat bahwa rivalitas kedua kelompok suporter itu lahir karena persaingan Persebaya dengan Persema Malang untuk menunjukkan yang terbaik di Jawa Timur. Saat Arema lahir, warga Malang pun mulai beralih mendukung tim tersebut.

Selama ini, muncul berbagai catatan dan tulisan yang menyebutkan bahwa rivalitas antara Aremania dan Bonek merupakan representasi dari Malang dan Surabaya. Kedua kota itu memang dikenal sebagai dua kota terbesar di Jawa Timur.

Aremania dan Bonek juga dikenal sebagai dua kelompok suporter yang memiliki hubungan kurang baik. Dua kelompok ini belum bisa dipertemukan sebelumnya sehingga tak akan ada lawatan Aremania ke Surabaya atau Bonek ke Malang. Dan pertemuan  1 Oktober 2022 di stadion Kanjuruhan yang  berdampak tragedi yang memilukan. (Diaz)




Editor :
Kategori : Nasional
Untuk saran dan pemberian informasi kepada Redaksi JETSIBER.COM,
silakan kontak ke email: redaksi.jetsiber@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


Scroll to top